Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,bahwa :
sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”
~WS Rendra~
manusia memang suka menyiksa dirinya sendiri....
Itulah yang terucap dalam hati saya ketika saya mencari tulisan WS Rendra ini di timeline tahun 2010 di akun facebook saya. Dan ketika menyusuri timeline-timeline yang lain, saya seperti flashback ke hidup saya di tahun 2010, melihat foto-foto nya, melihat siapa yang ada di foto-foto nya, merasakan kembali rasa yang ada di tahun itu. Semester pertama tahun 2010 adalah saat-saat penuh perasaan cinta dalam hidup saya, saat-saat bergelora, serasa menjadi wanita yang berbeda,,, wanita yang akan melengkapi hidupnya dengan menerima seorang lelaki sebagai suami nya. Dan yang paling membahagiakan lagi adalah saya memutuskan menuju ke jenjang selanjutnya tanpa proses berpacaran, cara yang sangat dianjurkan di agama Islam. Lalu bagaimana dengan semester kedua nya? hhmm,,
Semester kedua adalah saat-saat yang berat untuk hidup saya, karena apa yang saya rasakan sebelumnya direnggut lagi oleh laki-laki yang sama dengan yang memberikan segala sukacita kepada saya, lelaki yang mau menikah dengan saya memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahan kami 3 bulan sebelumnya.
Beratnya kejadian yang saya alami ini tidak dihitung dengan banyaknya air mata yang saya teteskan seperti halnya putus cinta yang sudah saya rasakan sebelumnya, karena seingat saya tidak banyak saya menangisi kepergian dia. Namun kejadian ini masih membekas dan tertinggal di dalam hati, sampai ke alam bawah sadar saya. Saya katakan alam bawah sadar karena saya sendiri pun tidak menyadari seberapa dalam kejadian ini membekas sampai saat saya psikotes awal tahun 2012 lalu untuk keperluan kepegawaian di kantor. Salah satu bagian dari psikotes adalah menulis essay singkat atas pertanyaan :
pengalaman buruk apa yang terjadi pada 2 tahun terakhir dan
prestasi apa yang telah anda capai pada 2 tahun terakhir
Sesaat saya hilang ide, dan sempat ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan itu, tapi setelah dipikir -pikir, kalau harus jujur sejujur jujur nya tidak ada jawaban lain, selain :
pengalaman buruk yang saya alami adalah batal menikah dan
prestasi yang telah saya capai adalah saya bisa melewati masa-masa terpuruk saat itu
Entah apakah jawaban itu profesional dan berhubungan dengan kepentingan kepegawaian kantor atau tidak tapi itu lah jawaban saya yang paling jujur. Sejak itu lah saya sadar, saya mungkin berhasil move on dari tahun 2010, namun semua itu masih menjadi bagian hidup saya sampai saat ini... Rasa getir dan sakit ketika kebahagiaan saya diambil masih terasa, terutama belakangan ini ketika beberapa teman saya akan menikah dengan lelakinya masing-masing. Dan ketika rasa gundahnya datang, saya berusaha singkirkan dengan mengingat-ingat tulisan WS Rendra diatas dan teori kantung yang pernah diutarakan seorang teman baik
.....Setiap masing-masing kita sudah punya kantongnya sendiri-sendiri, isinya juga ga sama. Mungkin kantong adek udah terisi Coklat bermerk 'gelar sarjana' dan Permen rasa 'bisnis WAM' tapi adek belum punya Coklat rasa 'menikah'. Begitu juga sebaliknya, temen adek mungkin sudah punya Coklat rasa 'menikah' di kantongnya, tapi belum tentu dia sudah punya Coklat bermerk 'gelar sarjana' dan Permen rasa 'bisnis WAM' ......
Saat ini, saya berusaha mengingat kembali dan meresapi makna dari 'titipan' dan 'kantung' yang saya miliki sekarang. Semoga Allah swt selalu menguatkan saya disepanjang perjalanan saya menuju kesebuah tujuan yang saya idamkan. amien.
Dan buat kamu, kamu dan kamu, temen-temen tersayang yang mungkin sekarang lagi baca post ini, moga-moga semua berjalan dengan lancar ya, happily ever after forever and ever...
love you guys,,
Salam, Wulan
la tahzan innallaha ma'ana