Wednesday, April 17, 2019

confession of an ordinary woman #2


assalamuallaikum ,,

hallo  !!


Setelah jeda lama dengan tulisan aku sebelumnya, akhirnya sesuai janji aku, aku putuskan untuk melanjutkan cerita aku tentang gimana aku berusaha "sehat" mentally

Seperti cerita aku sebelumnya, tahun 2018 aku banyak mengalami masa- masa down, walaupun ga akan aku pungkiri, Allah sangat baik kepada aku tahun lalu dengan melimpahkan banyak rejeki baru, pengalaman baru, teman baru. MasyaAllah. Tapi ketika ada yang salah dengan jiwa kamu, bahkan hal baik yang ada didepan mata kamu pun akan tertutupi dengan perasaan dan pikiran negatif. Begitulah kondisi yang aku jalani saat itu, hidup rasanya suram dan hopeless, sampai akhirnya di suatu titik aku sadar, aku ga mau begini terus tapi I cant help my self, I need help. 

Titik sadar bahwa diri ini membutuhkan bantuan mungkin berbeda-beda untuk setiap individu. Daya tahan mental setiap orang berbeda layaknya daya tahan perut masing-masing orang yang berbeda ketika makan sambel. Jadilah pribadi yang peka terhadap diri sendiri, baik apa yang kamu pikirkan dan rasakan di badan. It might send you a signalUntuk aku sendiri ada moment dimana aku tersadar aku butuh bantuan psikolog. 

#psikosomatis
psikosomatis secara sederhana bisa diartikan sakit di tubuh yang disebabkan oleh (sakit) pikiran. Salah satu hal yang membuat aku sadar kalau aku butuh bantuan adalah ketika berkali-kali aku merasakan badanku sakit setiap kali aku merasakan kesepian. 

ya, aku pernah merasakan kesepian,

ya, aku pernah menangis karena merasakan kesepian,

tapi kemudian aku mulai meringkuk dan merasakan badan yang sakit entah di area mana ketika aku menangis kesepian, disitulah aku merasa  "ini ga bener, ini salah, ga seharusnya badan aku sakit karena apa yang aku pikirkan dan rasakan". 

Perut aku juga sering kali terasa sakit ketika aku dalam masa-masa depresi. 

'Depresi' merupakan kata yang cukup kuat dibandingkan dengan kata 'Stress', tapi aku berani pakai kata depresi disini, karena memang hasil test MMPI yang sudah aku jalani menyebutkan aku depresi. 

#putus asa
Ada hari-hari dimana aku merasa sudah tidak ada gunanya lagi aku hidup dan sudah tidak ada lagi keinginan untuk hidup. Ada hari-hari dimana aku berpikir bahwa lebih baik aku mati saja. Ada hari-hari dimana aku ingin loncat dari Gojek yang aku tumpangi atau berharap kalau motor Gojek yang aku tumpangi tertabrak oleh mobil hingga menyebabkan aku celaka. Tapi Allah sayang sama aku, Alhamdulillah aku masih dikasi pikiran-pikiran waras untuk tetap bertahan bahkan masih bisa tersadar bahwa pikiran aku, keinginan aku, dan putus asa nya aku adalah salah. 

#menyalahkan orang lain dan keadaan
Masa-masa itu mungkin masa-masa yang berat ga cuma untuk aku tapi untuk orang disekitar aku. Aku menjadi orang yang demanding dan pemarah. Ketidaknyamanan yang aku rasakan terhadap diri sendiri berimbas kepada orang lain. Teman-teman harus menghadapi aku yang nagging akan perhatian mereka, aku yang sensitif, aku yang cranky tapi ga bisa di bilangin.  Aku menjadi individu yang ga bisa sendiri. Sering kali aku ngambek dan menyalahkan teman-teman kalau mereka ga available untuk aku. Aku juga sulit melihat sisi positif dari suatu keadaan. Menyalahkan orang lain dan keadaan jelas bukan attitude yang baik dalam hubungan apa pun, baik pertemanan, keluarga maupun dengan pasangan.

Berangkat dari tiga moment tersebut, aku membulatkan tekat untuk sembuh dan sehat secara mental. Aku pergi ke psikiater di RSCM Kencana, lalu berlanjut ke psikolog di rumah sakit yang sama. Dan ternyata, dari pengalaman aku, konseling psikologis itu cocok-cocokan layaknya kita konsultasi masalah kulit ke dokter muka. Jadi, selain ke RSCM Kencana, aku juga menjalani konseling ke salah satu hypnoterapis yang aku temukan di instagram. 

Proses konseling ini ga cuma 1-2 kali pertemuan saja. Aku harus bolak balik psikiater-psikolog-psikiater dan juga beberapa kali balik ke hypnoterapis. It is time, energy and money -consuming. Tapi waktu, energi dan harga yang harus aku korbankan ga seberapa karena diri aku lebih berharga untuk aku jaga, aku sayangi dan aku sehatkan. Semua aku lakukan karena aku mau sembuh, aku pingin sehat, aku pingin bahagia, dan ultimately aku pingin membahagiakan orang lain disekeliling aku.
aku pingin membahagiakan orang lain disekeliling aku
aku pingin membahagiakan orang lain disekeliling aku
aku pingin membahagiakan orang lain disekeliling aku

*berulang sampai empat kali karena satu kali saja tidak cukup untuk menggambarkan betapa aku pingin hidup aku bisa bermanfaat dan bikin orang disekeliling aku bahagia. 

Aku yakin, hari ini, hidup aku tidak banyak berubah dibanding saat yang sama satu tahun yang lalu. Tapi gimana aku menjalani hidup sudah berubah. Pengalaman menyembuhkan diri sendiri ini pelan-pelan merubah diri aku. 
Cengeng? ya jelas masih suka nangis, normal kan perempuan dikasi hati yang lebih peka.
Merundung? kalau soal hati ya kadang masih suka merundung hihi, tapi jauuuh lebih baik daripada sebelumnya. 
Sensitif? masih pun, tapi sekejap saja dan ga terlalu lama aku simpan dalam hati.  

Kok kayaknya masih belum positif-positif amat kalo masih cengeng, merundung dan sensitif? 
Ya aku kan manusia biasa, aku ga sempurna, dan inilah aku.

Inilah gimana caranya aku mulai mencintai diri sendiri dan bahagia dengan diri sendiri, dengan menerima diri sendiri apa adanya. Itulah kenapa aku ga mau berusaha sok kuat dengan tidak menangis, tidak merundung dan tidak sensitif, karena aku memang cengeng dan sensitif. Tapi aku belajar untuk tidak berlarut-larut dan tidak berlebihan. 

Acceptance and Balance adalah kata kunci yang aku pegang dalam proses "menyehatkan diri" ini. Ngomongin tentang kata-kunci, next time aku coba share juga ya kata-kunci apa yang aku pelajari selama aku konseling kemarin, siapa tau bisa menginspirasi dan cocok untuk diterapkan oleh kalian juga.

hope you find this writing useful,
then you've made my wish come true,
to live as a useful person

Love
Wulan